GUEST BOOK

Dynamic Glitter Text Generator at TextSpace.net

ShoutMix chat widget

Followers

Ragam Gaya, Kaidah Goresan, dan Kriteria (bagian 1)

Sunday, July 19, 2009

By Yusuf Firdaus

Menurut Ibnu Muqlah, dikutip dari buku ‘Seni Kaligrafi Islam’ karangan Drs. H.D. Sirojuddin AR M.Ag, bahwa bentuk kaligrafi al-Quran barulah dianggap benar jika memenuhi lima kriteria sebagai berikut:

1. Tawfiyah (tepat), yaitu huruf harus mendapatkan usapan goresan sesuai dengan bagiannya secara utuh, baik lengkungan, kejuran, dan bengkokan.

2. Itmam (tuntas), yaitu setiap huruf harus diberikan ukuran yang utuh, baik panjang, pendek, tebal dan tipis.

3. Ikmal (sempurna), yaitu setiap usapan goresan harus sesuai dengan kecantikan bentuk yang wajar, baik gaya tegak, terlentang, memutar dan melengkung.

4. Isyba’ (padat), yaitu setiap usapan goresan harus mendapat sentuhan pas dari mata pena (nib pen) sehingga terbentuk keserasian. Dengan demikian tidak akan terjadi ketimpangan, satu bagian tampak terlalu tipis atau kelewat tebal dari bagian lainnya, kecuali pada wilayah-wilayah sentuhan yang menghendaki demikian.

5. Irsal (lancar),yaitu menggoreskan kalam secara cepat dan tepat, tidak tersandung atau tertahan sehingga menyusahkan, atau mogok di pertengahan goresan sehingga menimbulkan getaran tangan yang pada akhirnya merusak tulisan yang sedang digoreskan.

Lebih lanjut, Ibnu Muqlah merumuskan semua potongan huruf dalam standar huruf alif yang digoreskan dalam bentuk vertikal, dengan ukuran sejumlah khusus titik belah ketupat yang ditemuka mulai dari atas hingga kebawah (‘amadiyyan, vertex to vertex), dan jumlah titik tersebut pusparagam sesuai dengan bentuknya, dari lima sampai tujuh titik. Standar lingkaran memiliki radius atau jarak yang sama dengan alif. Kedua standar alif dan lingkaran terebut digunakan juga sebagai dasar bentuk pengukuran atau geometri. Inilah yang disebut dengan rumusan atau kaligrafi berstandar (al-khat al-mansub) sesuai dengan kaidah yang baku dan menjadi standarisasi pedoman penulisan kaligrafi murni.

Penguasaan atas rumusan ini butuh waktu adaptasi yang cukup lama. Oleh karenanya, ketekunan untuk selalu coba dan mencoba walau kesalahan kerap kali ditemukan merupakan dinamika penguasaan khat. Usaha ini harus terus dilakukan sehingga bisa teradaptasi langsung, baik bayangan bentuk rumus, bentuk huruf, titik, skala garis, dan sebagainya. Coba perhatikan gambar berikut ini.

Adapun tata letak yang baik (husn al-wad’i), menurut Ibnu Muqlah menghendaki perbaikan empat hal, antara lain:

1. Tarsîf (rapat dan teratur), yaitu tepatnya sambungan satu huruf dengan yang lainnya. Coba perhatikan contoh berikut ini

Contoh gaya khat sulus diatas disusun dengan kerapatan yang teratur, seimbang jarak antar huruf, sesuai dengan ukuran kaidah baku yang dijadikan standarisasi penulisan resmi.

Seniman kaligrafi Terakhir

Saturday, July 18, 2009

a Novel by Yasmine Ghata, reviewed by Yusuf Firdaus

“KEMATIANKU selembut pucuk pandan air yang dicelupkan ke dalam tempat tinta, lebih cepat daripada tinta yang diserap kertas". Demikianlah kata Rikkat, seniman kaligrafi Utsmani, dengan suara mengalun antara kegelapan dan cahaya ketika ia mulai menulis kisah hidupnya.

Di tahun 1923, sebagai seorang gadis remaja ia sudah tahu bahwa tak sesuatu pun dapat memalingkannya dari seni kaligrafi. Namun, pada tahun yang sama, Republik Turki memutuskan hubungan dengan Islam dan secara berangsur-angsur menghapuskan bahasa dan tulisan Arab, lalu menggantinya dengan versi abjad Latin yang telah disesuaikan.

Sebagai hamba Allah dan pelayan Sultan, para “juru tulis” dipecat dan sekolah-sekolah mereka diterlantarkan. Di salah satu sekolah itu, si empu kaligrafi tua, Selim, bertemu dengan Rikkat, gadis yang bertugas menyediakan kertas dan kalam tajam kepada para seniman tua yang diremehkan oleh rezim baru itu. Peristiwa bunuh diri Selim mengukir kesepakatan abadi antara sang murid dan seni kaligrafi. Sebelum meninggal, Selim telah mewariskan kotak pena dan tinta emasnya kepada Rikkat, dan ia akan memberikannya lebih banyak lagi selama kunjungan-kunjungannya yang lucu dari balik liang kubur.

Namun, kecintaannya pada kaligrafi menguasai Rikkat dan sekaligus merampas nyaris segala yang dimilikinya: kehidupan sebagai istri dan ibu hanyalah serangkaian perpisahan dan penelantaran. Perasaannya senantiasa dicurahkan ke dalam kegiatan menulis, seraya menyusupkan emosi ke dalam hiasan huruf-huruf, sehingga menjadikan seni abadi itu lebih manusiawi dan modern.

Dengan meramu dunia seni kaligrafi yang kurang dikenal, wilayah yang serba aneh dan mistis, dengan Turki kontemporer yang terbuka akan pengaruh asing (Barat), Yasmine Ghata menulis sebuah roman yang indah sekaligus klasik dan penuh ilham berdasarkan kisah nyata yang menggugah.
YASMINE GHATA adalah pengarang keturunan Turki yang lahir di Prancis pada tahun 1975. Ia belajar Sejarah Kesenian Islam sebelum bekerja sebagai pakar seni. Tokoh Rikkat dalam novel ini tak lain adalah neneknya sendiri.

Review ini memberikan gambaran tentang lika-liku eksistensi kaligrafi dalam kancah politik Turki, dengan cara mengeksekusi perkembangan seni dan budaya Kaligrafi Islam yang pada akhirnya gaung Kaligrafi Islam kurang mendapat tempat di hati setiap muslim.

Tidak seperti seni rupa lainnya. Aspek psikologi dan metafisik seni kaligrafi hanya mengalir dalam nafas orang yang berfikir secara filosofis.

what is on with my the world . . .

what is on with my the world . . .??? adalah sebuah pertanyaan yang mengandung jawaban yang sangat beragam. . . kenapa demikian ??? (lagi-lagi kita bertanya...).
Ada apa dengan duniaku. . .?
Pada kesempatan kali ini anakda, atau bisa juga kakanda, atau bahkan adinda ingin sekali menghadirkan sebuah suguhan bernuansa relegi, pendidikan, dan pernak-pernik kehidupan yang bisa menghibur para sobat-sobat semua.
Tapi pada kesempatan ini saya harapkan sluruh sobat dapat bersabar untuk sementara waktu...